Kamis, 12 Februari 2015

Kehidupan Bangsa Bunian / Elf, Negeri Paloh dan Padang 12 (Kalimantan Barat)


Kesempatan kali ini saya akan melanjutkan ulasan sebelumnya yakni Sekilas Bangsa Bunian / Bangsa Elf dan kali ini saya terfokus materi dalam menggali data tentang keberadaan Bangsa Bunian (Elf). Semua ini berdasarkan cerita-cerita leluhur dan berbagai literatur dan fenomena-fenomena yang ada.


Kehidupan Bangsa Bunian / Elf di Kalimantan Barat

Cerita tentang kehidupan Bangsa lelembut ini bukan isapan jempol untuk masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya, khususnya masyarakat Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang sangat amat yakin meraka (elf) adalah realita dan bukan mitos belaka. Seringkali makhluk halus itu membaur dengan manusia, meski tak disadari kehadirannya. Pada saat-saat tertentu, kerap orang melihat Bangsa Bunian (Elf) berada di tengah keramaian. Para Elf tampak layaknya manusia biasa. Hanya saja, sebuah ciri fisik tak bisa menutupi mereka. Di wajah mereka tak ada garis antara hidung dengan bibir atas, alisnya juga menyatu dan telinga sedikit runcing.


Dua Kerajaan Elf yang tidak asing bagi masyarakat Kalimantan Barat, yaitu :
Kerajaan Paloh (Sambas)
Kerajaan Padang 12 (Ketapang)


Kerajaan Paloh

Kerajaan Bangsa Elf yang bernama Negri Paloh itu sungguh-sungguh nyata, yang mana bentuk pemerintahannya adalah kerajaan yang di pimpin oleh Raden Sandi, yang masih berikatan darah dengan Kerajaan Sambas dan Kerajaan Brunei. Negri Paloh berada di Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas yang merupakan kecamatan paling utara di Kabupaten Sambas, dan berbatasan langsung dengan Sarawak-Malaysia dan Laut Natuna.

Sebuah kawasan yang memiliki pantai terpanjang di Kalimantan Barat yang memberi keindahan panorama bahari dan alam yang begitu masih terjaga kelestariannya. Menyimpan sumber daya alam yang melimpah yang memiliki nilai potensial tersebut.  
Dan kawasan tersebut telah dijadikan kawasan konservasi, karena sebagian besar hutannya masih belantara. Dan memiliki pantai yang menawan, konon katanya Pantai Temajuk (pantai yang berada paling utara di Paloh) lebih indah dari Pantai Kuta Bali. Percaya tidak percaya, silahkan anda sendiri yang datang kesana.

Telah terjadi beberapa peristiwa yang pernah berkaitan dengan Negri Paloh, diantaranya munculnya sebuah kota di tengah hutan belantara, munculnya kaum bunian secara signifikan jikalau ada keramaian, penculikan manusia, dan masih banyak lainnya. Konon katanya pusat komunikasi Negri Paloh berada di Pantai Tanjung Batu (Pemangkat) dan Pantai Selimpai (Paloh), hanya orang tertentu yang bisa berinteraksi dengan kaum tersebut.

Dipercayai kaum bunian sangat dekat dengan Kerajaan Sambas, terutama etnis Melayu dan etnis terdekatnya yaitu etnis Dayak. Etnis Tionghoa yang berada di sekitar Paloh juga mempercayai akan keberadaan bangsa Elf. Mereka bukan tipe makhluk pengganggu yang suka meneror manusia tapi malah sebaliknya suka membaur dengan alam manusia dalam kepentingan sosial dan memberi bantuan.  

Ada satu hal yang tidak boleh dilakukan manusia bila berada dekat dengan kaum Bunian: jangan sekali-kali mengikuti ajakannya. Bila itu dilakukan, maka ia akan masuk ke alam gaib mereka dan tidak akan bisa kembali. Pusat komunitas kaum Bunian terletak di sekitar Pantai Selimpai, Kecamatan Paloh. Juga terdapat di seputar Tanjung Batu, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Tatanan kehidupan kaum Bunian amat teratur. Itu karena mereka di kelola oleh sistem kerajaan yang tertib. Mereka pun bukan tipe makhluk pengganggu yang suka
meneror manusia. Bahkan sebaliknya, sekali waktu mereka terlihat membaur dengan manusia untuk memberi bantuan.

Kasus perang etnis di Sambas beberapa waktu lalu, konon juga melibatkan kaum Bunian ini. Raja mereka sengaja mengerahkan pasukan Bunian untuk menghalau etnis tertentu yang dianggap mengganggu ketenteraman hidup etnis pribumi. Namun tetap saja perbedaan alam dengan mereka menyebabkan manusia takut. 

Pendeknya, kehidupan kaum Bunian bukan sekadar cerita. Tapi benar-benar nyata. Bila ingin menemui kaum Bunian, datanglah ke pusat komunitas mereka di sekitar Pantai Selimpai atau Tanjung Batu. Tentu saja, tidak begitu saja seseorang bisa berhubungan langsung dengan bangsa lelembut ini. Melainkan harus dengan bantuan orang yang menjadi perantara.

Di kedua pantai tersebut, selalu ada orang yang bisa menjadi perantara dengan orang-orang dari bangsa Bunian. Menurut Hendra Sukmana, aktivis LSM yang kini menjabat Ketua Panwaslu Kota Singkawang, tanpa perantara, tak mungkin orang biasa bisa bertemu langsung dengan kaum Bunian. Hanya orang yang punya kemampuan khususlah yang bisa berinteraksi langsung dengan mereka. Tanpa memiliki kemampuan semacam itu, maka orang-orang hanya bisa melihat pantai ini sebagai objek wisata yang indah saja. Tidak lebih dari itu.

Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, bisa saja orang biasa berjumpa dengna kaum Bunian. “Sewaktu-waktu orang biasa pun sering berjumpa dengan kaum Bunian yang tengah berada di sekitar mereka. Seperti di pasar-pasar rakyat, di dalam mobil angkutan umum, di pinggir sungai, bahkan di supermarket,” tuturnya kepada penulis.

Nah, ketika itu, terang Hendra, jangan sekali-kali berbuat ceroboh. Misalnya, sok akrab dengan sengaja menyapa mereka. Sebab bila tidak memiliki bekal batin yang kuat, kita bisa terpengaruh oleh ajakan mereka. Apalagi bila kaum Bunian yang menampakkan diri itu adalah kaum hawa. “Jika tidak kuat iman, kita bisa terpikat. Kalau itu terjadi, maka kita tidak akan bisa kembali ke dunia manusia lagi,” ujar Hendra.

“Diculik” Kaum Bunian

Bila orang kedatangan kaum Bunian, dipastikan bakal dicekam rasa takut. Kemunculannya memang kerap membuat bulu kuduk merinding. Wajar saja, siapa yang tidak takut bila di datangi mahluk halus. Apalagi selama ini berkembang anggapan bila kaum Bunian selalu membawa manusia ke dunianya. Cerita-cerita bangsa manusia sering dibawa ke alam kaum Bunian ini sudah sering terdengar.

Misalnya satu kejadian pada paruh akhir tahun 1995 di daerah Sejangkung, Sambas. Ketika itu ada anak kecil kelas 2 SD yang tidak kembali ke rumah setelah pulang sekolah. Sementara teman-teman lainnya sudah sampai di rumah. Maka keluarga si anak ini pun cemas. Mereka mencari-cari si anak ke rumah neneknya, namun tidak ditemukan. Begitu juga ditanyakan kepada teman-temannya, mereka tidak tahu.

Hingga akhimya, orang tua si anak menghubungi orang pintar di daerah itu. Setelah melalui deteksi batin, orang pintar ini mengatakan bila si anak dalam keadaan selamat. Cuma, saat ini ia tengah berada di tengah lingkungan kaum Bunian. Keterangan itu sedikit banyaknya bisa diterima keluarga. Sebab ketika ditanyakan kepada salah seorang temannya, ia mengatakan bila setelah pulang sekolah, anak ini diajak pergi beberapa anak kecil yang tidak dikenal. Orang pintar ini pun lantas menyimpulkan bila yang mengajak si anak hilang ini adalah anak-anak kaum Bunian.

Mendapat keterangan demikian, orang tua si anak amat cemas. Mereka dihinggapi pikiran negatif jika si anak tak akan bisa kembali lagi ke dunia manusia. Orang pin¬tar yang dimintai bantuan ini malah tersenyum. Ia lalu pamit untuk melakukan sesuatu. Nah, ketika hari mulai senja, tiba-tiba tiupan angin kencang menghantam rupa orang tua si anak hilang.

Peristiwa itu dirasakan betul oleh seluruh penghuni rutnah. Mereka pun dicekam ketakutan luar biasa. Sebab kejadian itu sangat tidak lazim. Di tengah-tengah suasana mencekam itu, tiba-tiba pintu rumah diketuk seseorang. Saat dibuka, ternyata si anak hilang itu sudah berdiri di depan pintu. Orang tua keluarga itu pun merasa senang karena anaknya telah kembali.

Ketika ditanya kemana saja dia pergi, dengan polos anak ini mengatakan bila ia pergi bersama teman-teman barunya naik perahu besar. Lalu dia di bawa berlayar entah ke mana. Meski semuanya orang-orang asing, tapi si anak ini merasa senang. Sebab selain bersama teman-teman baru, dia juga bisa bermain bersama. Menurut si anak, setelah puas bermain, perahu besar itu kembali merapat. Dia kemudian diantar teman-temannya pulang ke runah. Belakangan, teman-temannya itu tiada lain adalah kaum Bunian. 


Dibawa ke Alam Gaib

Meski ada yang kembali ke dunia manusia setelah berhubungan dengan kaum Bunian, ternyata banyak pula yang tidak kembali alias terbawa ke alam gaib. Hal itu, bisa terjadi karena beberapa sebab. Pertama, memang sudah dikehendaki manusianya sendiri untuk bergabung dengan dunia Bunian. Ini terjadi bila, umpamanya, seorang pria jatuh hati dengan wanita dari bangsa lelembut itu. Selanjutnya orang ini ingin berhubungan terus hingga kepelaminan. Tentu saja, orang ini tidak akan kembali ke alam nyata.

Sebab kedua, seseorang tergiur oleh ajakan kaum Bunian. Inilah yanag selalu diwanti wanti setiap orang agar berhati-hati dan jangan mudah tergiur ajakan mereka. Ada satu peristiwa di tahun 1990-an. Dulu, pernah ada seorang pemuda bernama Mahyan. Ia dinyatakan hilang. Semula, orang-orang desa mengira dia pergi ke Pulau Tambelan untuk bekerja di bagan, tempat mencari ikan. Namun, pakaiannya di lemari masih utuh. Itu menandakan bila Mahyan tidak pergi kemana-mana, atau pergi tanpa pamit.

Menurut cerita teman-temannya, tadi malam Mahyan berkenalan dengan seorang wanita. Kebetulan sejak beberapa hari lalu, ada pekan hiburan rakyat di depan kantor kecamatan. Nah, sejak berkenalan itu teman-temannya tidak melihat lagi batang hidung Mahyan. Sampai keesokan harinya, Mahyan tidak kembali. Bahkan hingga berhari-hari, minggu, bulan dan tahun. Seterusnya, Mahyan tak diketahui lagi dimana rimbanya. Orang-orang di kampung berkeyakinan bila Mahyan hilang karena di bawah ke alam kaum kaum Bunian.
 

Jembatan Sambas

Bagaimana dengan jembatan Sambas yang keramat itu? Benarkah jembatan ini tak mempan dibom oleh tentara Jepang? Pada tahun 1941, tanda-tanda berakhirnya pendudukan 3,5 abad tentara Belanda di nusantara mulai terlihat. Pasukan Jepang mulai terlihat memasuki kawasan nusantara dengan peralatan tempurnya. Termasuk daerah Kalimantan Barat. Pasukan Jepang memang berusaha keras mematahkan kekuatan Belanda yang ada di Kalimantan Barat termasuk Sambas. Salah satunya melumpuhkan sarana ekonomi dan transportasi darat, seperti jempatan.

Nah, negeri matahari terbit itu melihat jembatan Sambas sangat vital dan perlu dihancurkan untuk melumpuhkan kekuatan Belanda. Bulan Desember 1941, menjadi saksi bisu. Dengan melibatkan sekitar 27 pesawat tempurnya, tentara Jepang menyerang Angkatan Udara Belanda di Sanggau Ledo. Ternyata target serangan tersebut tidak saja untuk menghancurkan pangkalan Angkatan Udara Belanda, namun juga pada jembatan Sambas dan jalan raya yang menghubungkan kota Singkawang, Pemangkat dan Sambas serta Bengkayang.

Akan tetapi, keajaiban pun terlihat. Jembatan dan jalan yang dibangun oleh Sultan Moehammad Tsafioeddin II ini tak hancur sedikitpun. Padahal, bala tentara Jepang melihatnya telah hancur. Tak hanya itu. Muntahan peluru dan bom bak hujan lebat itu menerjang apa yang ada di bawahnya. Lucunya, hujan bom dan peluru itu justru jatuh di kawasan hutan belantara.

Padahal sebelumnya, tentara Jepang melihat kawasan yang berada di bawahnya itu merupakan kota yang sangat ramai dan megah. Menurut keterangan, itulah istana dari kerajaan Bunian yang terletak di Paloh. Tentu saja harapan Jepang meluluhlantakkan daerah Sambas tidak tercapai. Sebab lokasi yang dibom tersebut tiada lain hanyalah hutan belantara saja. Karena pengecohan ini kerajaan Sambas yang menjadi target sasaran penyerangan tetap berdiri dengan megahnya.

Sudah barang tentu, Sultan Moehammad Mulia Ibrahim Tsafioeddin, raja ke-15 kerajaan Sambas dan seluruh kawulanya aman dan selamat dari serangan itu. Dan hingga kini jembatan kokoh penghubung kota Sambas dan kota lainnya di Kalimantan Barat tetap berdiri. Ia menjadi saksi bisu sejarah kerajan Sambas. “Orang-orang Bunian akan selalu menjaga Sambas untuk selamanya. Percayalah tak akan ada satu orang pun yang bisa menghancurkan sambas, kecuali seizin Yang Maha Kuasa,” tutur Hasan, kuncen keraton Sambas.

“Sambas tok beh kote kramat. Sian ade yang sanggop nguasaek nye. (Sambas itu kota keramat, tidak akan ada yang bisa menguasainya),” tutur Hasan. Alhasil, baik Sambas maupun jembatan keramat itu masih kokoh berdiri hingga kini. 



Kerajaan Padang 12

Padang 12 merupakan suatu kawasan yang berada diantara Kecamatan Kendawangan dan Kecamatan Ketapang, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Mungkin sudah tidak asing lagi dengan Misteri Padang 12 atau bahkan mungkin belum banyak juga yang mendengar Padang 12

Disebut dengan Padang 12, karena di lokasi ini hanya 12 kilometer yang diyakini penuh dengan misteri. Kawasan ini dipenuhi dengan pasir kuarsa yang ditumbuhi oleh pohon kayu putih (pinus). Kendati diyakini 12 kilometer, namun pandangan kalangan tertentu, kawasan ini adalah kota besar alam gaib. Bahkan harta karun juga dipercaya tertimbun di Padang 12.
 
Cerita mistis di Padang 12 juga sama dengan cerita dari Sambas (Negri Paloh). Dari segala bentuk fisik dan fenomena-fenomena juga mempunyai kesamaan dengan yang ada di Kabupaten Sambas.

Jika orang lewat jalan raya jurusan Ketapang - Kendawangan takabur terhadap daerah itu atau berbuat jahat di daerah tersebut maka kemungkinan besar akan melihat pemandangan aneh, seram, atau bahkan tak terduga.

Banyak orang yang ingin membuktikan keberadaan daerah itu cuman tidak pernah ada yang melihat langsung , konon katanya penduduk setempat (/orang limun/orang kebenaran) mempunyai pesawat pribadi,mobil mewah dan sebagainya layaknya manusia normal, tetapi bedanya dengan mereka mereka tidak mempunya belahan di bawah hidung di atas bibir.


Kesaksian H.Rhoma Irama akan Padang 12
H.Rhoma Irama adalah seorang artis senior tanah air atau biasa dikenal Sang Raja Dangdut. Kisahnya berawal dari beliau manggung di Ketapang tepatnya di daerah Padang 12 dan beliau sudah 2 kali manggung di daerah tersebut.

Awalnya beliau sangat kagum dengan perkembangan pembangunan dan kemegahan di daerah Padang 12. Padahal kawasan Padang 12 secara realita adalah kawasan perkampungan. Kekaguman Bang Haji (H. Rhoma Irama) menjadi pertanyaan disaat beliau manggung kedua kalinya di Padang 12. Beliau heran  bukan kepalang, karena daerahnya berbeda jauh dengan yang dikunjunginya pertama kali. 
  
Fenomena Kendaraan Mewah 
 
Sebuah survei kendaraan menunjukkan keanehan karena catatan terhadap kendaraan-kendaraan di Ketapang berbeda dengan yang di lapangan. Ternyata di Ketapang banyak sekali mobil-mobil mewah seperti Ferrari, Mclaren, dan lain-lain. Dan jenis kendaraan ini tidak ada dalam catatan salah satu instansi pemerintahan. Bukan hanya mobil, akan tetapi pesawat-pesawat pribadi juga.

Mereka memesan kendaraan seperti Ferrari dan Mclaren di alam manusia, akan saja mereka berbelanja ke dunia menggunakan uang. Dan sekitar 10 tahun lalu telah terjadi fenomena-fenomena aneh, yakni 7 kapal besar yang bermuatan mobil-mobil mewah hilang tanpa jejak di perairan Ketapang (Kalimantan Barat) berhampiran dengan kawasan Padang 12. Tidak hanya di Perairan Ketapang, ada kapal besar bermuatan barang yang sama juga menghilang di Perairan Jawa Tengah yang berhampiran dengan Kabupaten Ketapang.

Menurut informan, beliau pernah melihat Mobil Sport berwarna merah sekitar tahun 1980an, dan beliau tidak begitu ingat dengan merk mobil sport tersebut.


Kesaksian Sang Bidan

Ada seorang bidan bersalin di Ketapang bernama RATNA, suatu malam rumahnya di gedor (di ketuk) oleh beberapa orang sekitar pukul 2 subuh, sang bidan membuka pintu dan ternyata ada orang yang mau melahirkan, naluri seorang bidan langsung mengeksekusi pasien, setelah pasien selesai melahirkan ternyata mereka minta langsung pulang, melihat dari cara mereka berpakaian sang bidan sudah mengerti mereka bukan orang yang berada, setelah pasien dan suaminya hendak pulang mereka sempat membicarakan masalah biaya,
mereka memang tidak mampu membayar ongkos persalinan, tetapi sang bidan memang mempunyai niat untuk menolong tanpa meminta bayaran, tetapi keluarga tidak mungkin meninggalkan rumah bidan tanpa memberikan apa-apa, mereka tidak mempunyai uang tetapi mereka hanya punya sekantong kunyit (rempah) dan bidan dengan ikhlas menerima kunyit tersebut.
 
Setelah mereka (elf) pergi dari rumah bidan, sang bidan pun langsung masuk kerumah, dan melanjutkan tidur, keesokan harinya sang bidan kaget dengan berubahnya kunyit tadi menjadi emas, bidan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya sang bidan langsung menanyakan ke suaminya, ternyata benar itu sebuah emas murni.
 
Setelah di selidiki ternyata yang melahirkan pada malam itu adalah salah satu masyarakat Padang 12, sampai sekarang emas tersebut masih ada dan di simpan oleh sang bidan
 

Permen Padang 12
 
Penampakan pada kalangan tertentu pernah terjadi. Sering kali warga menemukan kejadian aneh di kawasan itu. Dari wujud manusia sampai babi berbulu merah pernah warga temukan di Padang 12. Misalnya saja Mat Noor. Perjalanan dari Ketapang ke Kendawangan di dalam suatu bis dia menemukan orangtua yang jambang panjang. Selama bis melaju mereka bercerita panjang. Sampai di kawasan Padang 12, orangtua itu turun dan mengajak Mat Noor pergi. Dia menolak dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bis. Bagi orang, jika penumpang turun di kawasan itu hal yang biasa. Karena di kawasan itu sudah dipercayai kawasan orang kebenaran. Ketika ngobrol panjang di dalam perjalanan, Mat Noor sempat mengunyah permen yang diberi, tapi bungkusnya diminta kembali. Kejadian 1987 itu ternyata saat sekarang Mat Noor bisa mengobati orang yang sakit.

Kesaksian Bidan Rohendi

Cerita lain yang dituturkan Rohendi, seorang bidan diajak orang kebenaran menolong istrinya melahirkan. Ajakan itu diterima, setelah menolong persalinan, orang kebenaran tak memiliki uang dan berniat memberinya kunyit. Dia tak mngetahui orang kebenaran itu, karena menganggap kunyit mudah didapatkan, pemberian yang ditawarkan selama tiga kali itu ditolaknya. Bidan itu mengikhlaskan pertolongannya. 
Selang malam hari salah satu keluarga bidan itu diberi kabar lewat mimpi. Bahwa keluarganya itu telah menolak pemberiannya. Dalam mimpi dia menasehatkan supaya jangan menolak, karena dianggap kurang baik. Namun wujud terima kasih, keturunan keluarga itu menjadi orang berhasil dan berpangkat di Tanah Kayong.


Bertemu Penduduk Asli Padang 12

Berbeda lagi dengan seorang pedagang dari Ketapang ke Kendawangan dengan menngunakan sepeda. Dalam perjalanan pedagang keturunan Jawa itu bertemu dengan orangtua dan anak kecil. Orang itu meminta air kepada dirinya. Air yang diminta tak diberikan pedagang tadi. Karena tak diberi, orang itu mengatakan tidak mengapa. Anehnya perjalanan pedagang itu, baru sampai ke Kendawangan seminggu lamanya. Dia masuk keluar hutan, akhirnya barang yang dibawanya habis di tengah jalan karena terjatuh. "Ini lagi memang nyata juga terjadi di Padang 12, siapa namanya saya sudah lupa, tapi dalam perjalanan ada yang menahannya dan minta rokok. Bukan hanya rokok yang diberikan orang itu, tapi diajak bicara dan diajak makan bekalannya, setelah orang tadi pergi, tujuan ke Kendawangan hanya dikayuh dengan sepeda hitungan menit," 


sumber 1        sumber 2     sumber 3


Sumber Artikel : http://misterpangalayo.blogspot.com/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar